Green architecture lahir dari kepedulian agar arsitektur tidak terasing dari lingkungannya. Setidaknya green architecture meliputi beberapa tahapan strategi perancangan yang ramah lingkungan. Green architecture sendiri dapat dipahami sebagai arsitektur yang meminimalkan energi dan sumberdaya yang yang keluar tanpa mengubah fungsi, salah satunya berprinsip reduce, reuse, dan recycle.
Green architecture ataupun sustainable architecture punya makna yang sama yaitu arsitektur berkelanjutan atau bangunan yang peduli terhadap lingkungan. Pengertian yang lebih luas berarti cara berpikir yang meminimalkan efek negatif yang ditimbulkan dalam suatu perencanaan, proses pembangunan dan pengelolaan suatu hunian dan berupaya meningkatkan efisiensinya.
Apa saja pertimbangan untuk menjadi green architecture ?
Efisiensi energi, pengaturan secara efesien dari suatu hunian terhadap kebutuhan listrik, gas ataupun air yang diperlukannya. Hal ini berbanding lurus dengan ukurannya artinya semakin besar hunian semakin besar energi yang diperlukan, maka lay out atau tata ruang memiliki andil yang besar, arsitek diharapkan bisa menangkap kebutuhan yang paling mendasar dari penghuni dan menyajikannya dalam desain yang terencana, sehingga tidak ada ruang-ruang yang terbuang dan terbengkalai.
Menciptakan energi sendiri belum cukup populer di Indonesia, mayoritas masih mengandalkan perusahaan listrik negara (PLN). Dalam jangka panjang perencanaan hunian perlu terobosan untuk menciptakan listrik untuk rumah sendiri. sumber energi bisa diperoleh dari kondisi geografi tempat tinggal. Angin, panas matahari dan air, merupakan sebagian contoh sumber energi yang bisa diolah lebih lanjut.
Prioritaskan penggunaan material lokal, bahan alami dan bahan sisa pembangunan untuk merencanakan hunian, disamping masalah efisiensi juga membantu mengurangi sampah lingkungan. Material lokal dan alami yang dapat digunakan antara lain bambu,Batu koral, batako, batu kali, pasir pantai, dll yang dapat disertakan dalam perencanaan hunian. Kayu dapat juga disertakan dengan pertimbangan kayu dari jenis yang pohon yang cepat pertumbuhannya, sehingga tidak merusak ekosistem.
Pengaturan sirkulasi udara, cahaya dan utilitas dengan upaya memanfaatkan kondisi alam semaksimal mungkin untuk kenyamanan hunian antara lain; Pencahayaan alami mengacu pada arah mata angin, sehingga diperoleh pencahayaan yang maksimal. Untuk mendapatkan suhu yang nyaman dalam ruang, penempatan kanopi, tirai atau jenis barrier lainnya patut diperhatikan, sehingga penggunaan peralatan modern seperti AC dll yang menyedot banyak energi bisa diminimalisir atau dihindarkan. Untuk memperoleh sirkulasi udara yang mengalir perlu mengambil pelajaran dari teknik bangunan tempoe doeloe, yang berhasil mengatur aliran udara dan pencahayaan yang baik serta struktur bangunan yang kuat dan awet hingga sekarang. Faktor yang mudah dilihat al karena tingginya ukuran plafond dan jendela, kemiringan atap yang relatif curam dan ketebalan dinding bangunan yang semuanya bertujuan pada kenyamanan dalam hunian.
Efisiensi dan perlindungan air tanah mulai diperhitungkan sejak perencanaan KDB/ Koefisien Dasar Bangunan yang dipersyaratkan sehingga masih memiliki ruang terbuka untuk penempatan sumur resapan, lubang biopri ataupun septik tank ramah lingkungan yang tidak mencemarkan lingkungan. Penampungan air hujan dan air kotor dalam suatu hunian dipusatkan dalam sumur resapan, untuk menjaga kelestarian air tanah lingkungan sekitarnya. Sumur resapan dan lubang biopri prinsipnya memiliki tujuan yang sama, yaitu memudahkan air menyerap ke dalam tanah. Perbedaan terletak pada cara sistem kerjanya.
Penciptaan teknologi juga turut serta dalam green architecture antara lain; Clever flush toilet yang mengeluarkan air lebih sedikit dari toilet pada umumnya, karena kecepatan air yang lebih kencang, pengolahan air llimbah/ kotoran sendiri sehingga tidak membebani saluran air lingkungan, penggunaan pipa saluran yang lebih sedikit sehingga lebih ekonomis. Biological filter septik tank, yaitu septik tank produksi pabrik berbahan fiber glass yang sudah dilengkapi dengan penyaring biologis, dan dirancang khusus untuk tidak mencemari lingkungan, sehingga lebih hemat, praktis dan tahan lama.
Perlu kewaspadaan dalam pemilihan material modern dalam hunian karena kandungan bahan-bahan yang tidak lolos uji kelayakan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan, salah satunya adalah VOC atau Volatile organic compounds , yang kerap digunakan dalam alas karpet, bahan finishing atau pun pelapis furniture dan cat dinding.
Penerapan dalam skala tata kota antara lain, berupaya mengkombinasikan penempatan ruang komersial, perumahan dan perkantoran agar memiliki akses untuk pejalan kaki, pengguna sepeda atau pun kendaraan umum, yang akhirnya dapat mereduksi polusi udara yang ditimbulkan. Penghijauan tidak hanya diterapkan pada ruang-ruang publik saja, tetapi juga pada hunian itu sendiri, yang bertujuan mengoptimalkan penyerapan air dan memberikan nilai tambah bagi lingkungan sekitarnya.
Kesimpulannya mewujudkan Green Architecture adalah keharusan bagi tiap arsitek dalam tiap desainnya, dan bukan hanya sekedar tema yang bisa diangkat dalam satu diskusi ketika global warming menjadi isu yang paling sering didengung-dengung kan. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar